BeritaBulunganHukum dan KriminalKaltara

Gelombang Demo Besar-besaran Berlanjut, Hentikan Carut Marut Kepolisian di Utara

Foto: gelombang masa aksi demonstrasi mahasiswa 1998 menuntut presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Sumber foto:ist

Tanjung Selor, dialektik.id  – Protes berlanjut, Cipayung plus bersama elemen aktivis lainnya dipastikan pada Senin, (21/07/25) akan melakukan Gelombang protes besar-besaran turun ke jalan  di halaman Mapolda Kalimantan Utara.

Aksi ini merupakan kelanjutan dari gelombang unjuk rasa sebelumnya yang menuntut pertanggungjawaban Kapolda Kaltara atas dugaan keterlibatan sejumlah anggota polisi dalam peredaran dan penyelundupan narkotika.

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tanjung Selor (Bulungan), Zulfikar, yang juga ditunjuk sebagai koordinator lapangan aksi ini mengonfirmasi keterlibatan massa dari berbagai daerah.

“Aksi jilid dua ini betul akan dihadiri teman-teman dari Cipayung Plus se-Kalimantan Utara. Ada dari Nunukan, Tarakan, bahkan kawan-kawan HMI Cabang Berau juga turut hadir. Mereka akan bergabung di Tanjung Selor untuk aksi di depan Mapolda Kaltara,” ungkap Zulfikar Minggu (20/7/25).

Zulfikar menegaskan tiga tuntutan utama yang akan digaungkan dalam aksi esok hari. Pertama, desakan agar Kapolda Kalimantan Utara bertanggung jawab atas berbagai peristiwa yang melibatkan anggotanya, termasuk insiden dalam aksi sebelumnya. Kedua, mendesak pencopotan Kapolda sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial. Ketiga, menuntut evaluasi menyeluruh di tubuh Polda Kaltara yang dinilai gagal dalam pengawasan internal.

“Kasus Kasat Reskoba yang terlibat penyelundupan narkoba hanya puncak gunung es. Ini bukan kali pertama, hanya saja baru ketahuan sekarang. Kami tidak mau mahasiswa yang jadi korban aksi kemarin malah dijadikan tersangka,” tegas Zulfikar.

“Besok kami datang untuk mendengar langsung penjelasan resmi Kapolda Kaltara. Tapi aksi kami tidak hanya soal penjelasan, melainkan mendesak perubahan nyata,” kata Zulfikar.

Solidaritas pergerakan dan perhimpunan juga datang dari tetangga dekat, yakni HMI Cabang Berau, Kalimantan Timur. Formatur terpilih HMI Berau, Ayatullah Khomeini, mengatakan pihaknya mengerahkan belasan kader untuk bergabung dalam aksi tersebut.

“Kami datang dengan 13 orang kader, mengikuti instruksi Badko Kaltim-Kaltara untuk aksi serentak. Ini juga wujud kesolidan HMI lintas daerah,” ujar Khomeini.

Khomeini menambahkan, aksi mereka fokus pada penolakan segala bentuk represif aparat terhadap demonstran. Ia menyebut aksi ini adalah panggung konsolidasi gerakan mahasiswa se-Kalimantan Utara dalam menegakkan keadilan.

Ketua HMI Cabang Tarakan, Masaude, menegaskan kehadiran mereka adalah bentuk solidaritas atas insiden kekerasan yang menimpa kader HMI di aksi jilid pertama.

“Kami hadir untuk perjuangkan nilai kemanusiaan. Ada dua kader HMI Tanjung Selor terbakar dan satu cedera, diduga akibat ulah aparat Polda Kaltara. Ini tidak boleh dibiarkan,” ujar Masaude.

Masaude juga menyoroti dugaan kejanggalan dalam proses penyelidikan internal Polda Kaltara. Dari temuan mereka, sedikitnya ada empat kasus besar yang menjadi perhatian khusus:

1. Penukaran barang bukti 12 kg sabu menjadi tawas yang hasil lab-nya disebut bersih oleh Polda tanpa melibatkan lembaga independen.

2.Kasus dua oknum Tahti Polda Kaltara yang kedapatan mencuri 7 gram sabu dari ruang barang bukti.

3.Keterlibatan Kasat Reskoba Polres Nunukan dalam penyelundupan sabu.

4.Dugaan upaya pembebasan empat tersangka narkoba yang belakangan mencuat ke publik.

“Kami minta proses hukum dilakukan secara terbuka dan transparan, semua pihak yang telibat, termasuk Kasat Reskoba diberikan sanski pemecatan dan pidana,” tegas Masaude.

Sebelumnya, Kapolda Kalimantan Utara telah menggelar konferensi pers yang membantah tudingan penukaran barang bukti sabu. Namun, para aktivis menilai pernyataan tersebut tidak menyentuh akar permasalahan.

Terkini, gelombang masa aksi sudah mulai terlihat di Tanjung Selor sejak Minggu malam. Diprediksi aksi demonstrasi jilid dua ini akan menjadi salah satu unjuk rasa terbesar sepanjang sejarah Kalimantan Utara, dengan massa dari Tarakan, Nunukan, Tanjung Selor, dan Berau bersatu dalam barisan perlawanan terhadap dugaan bobroknya institusi kepolisian. (kry/red)