KaltaraMalinau

APBD Bukan Jadi Beban, HUT Malinau Justru Jadi Pesta Rakyat

Dialektik.id, MALINAU-  Anjuran Kementerian Dalam Negeri agar pemerintah daerah lebih selektif menggunakan anggaran untuk kegiatan seremonial mulai mendapat contoh penerapan. Kabupaten Malinau di Kalimantan Utara dan Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah berhasil menggelar perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) secara meriah tanpa harus mengandalkan dana APBD sepenuhnya.

Di Malinau, perayaan HUT tahun 2025 dirangkai dengan Irau Budaya, festival tahunan yang telah menjadi ikon daerah. Pemerintah melibatkan 583 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memamerkan produk unggulan. Menurut Sekretaris Daerah Malinau, Ernes Silvanus, partisipasi UMKM terbukti mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat.

Pemerintah daerah memberikan fasilitas gratis berupa stand pameran tanpa retribusi serta pasokan listrik tanpa biaya. “Kami ingin UMKM bisa berkembang tanpa terbebani biaya tambahan,” ujar Ernes di Malinau, Kamis (25/9/2025).

Rangkaian acara Irau juga menampilkan keragaman budaya. Sebanyak 11 etnis asli Malinau bersama 15 paguyuban dari berbagai daerah menampilkan tarian adat, upacara tradisional, hingga perlombaan khas, seperti menyumpit, lomba kicau burung, dan panjat pinang. Musisi lokal ikut tampil bersama seniman muda dari berbagai daerah.

Simbol kerukunan antarumat beragama juga dihadirkan. Pada 23 Oktober, tokoh lintas iman akan berada dalam satu panggung, termasuk Ustaz Das’at Latif, Pendeta Marcel, serta perwakilan Katolik, Buddha, dan Hindu.

Sebagai penutup, Malinau menghadirkan hiburan rakyat dengan tiga artis ibu kota. Kehadiran mereka dibiayai sponsor, bukan APBD. “Semoga pola ini menjadi inspirasi bagi daerah lain. HUT bukan sekadar perayaan, tetapi momentum membangun ekonomi dan kebersamaan,” kata Ernes.

Kebijakan serupa juga dijalankan Kabupaten Gunung Mas. Perayaan HUT ke-23 berlangsung meriah dengan upacara resmi, pawai budaya, festival seni, pameran pembangunan, serta hiburan rakyat menghadirkan artis nasional Anji dan sejumlah penyanyi dangdut.

Selain hiburan, kegiatan tersebut menjadi ajang promosi ekonomi lokal. Pameran pembangunan dan produk UMKM membuka peluang pasar baru, sedangkan festival budaya memperkuat identitas masyarakat Gunung Mas.

Kedua kabupaten ini menunjukkan bahwa perayaan HUT daerah bisa menjadi sarana pembangunan ekonomi, promosi budaya, dan penguat persatuan masyarakat. Model pembiayaan berbasis kolaborasi pemerintah, swasta, dan masyarakat diyakini lebih efisien sekaligus berdampak luas. (***)