Program Permata Inovasi Kaltara 2025 menampilkan karya kreatif masyarakat pesisir Kalimantan Utara yang berhasil mengubah potensi lokal menjadi peluang ekonomi berkelanjutan. Salah satu inovasi menonjol datang dari Iskandar Zulkarnain dengan gagasannya mengolah buah Perangat (Sonneratia Caseolaris) menjadi sirup alami bernilai jual tinggi.
Buah perangat, yang selama ini tumbuh melimpah di wilayah pesisir dan belum dimanfaatkan secara optimal, kini diolah melalui proses pasteurisasi, penyaringan, dan pengemasan higienis menjadi produk siap pasar. Inovasi ini tidak hanya memperkenalkan cita rasa khas pesisir Kalimantan Utara, tetapi juga menjadi solusi ekonomi bagi masyarakat yang selama ini bergantung pada hasil tangkapan laut.
Melalui pendekatan low-cost solution dan branding kearifan lokal, produk “Sirup Perangat” membawa semangat kemandirian masyarakat pesisir. Inovasi ini membuka lapangan kerja baru, menumbuhkan kesadaran konservasi dengan menanam kembali pohon perangat, serta memperkuat usaha berbasis komunitas melalui pelatihan dan pendampingan.
Program ini telah melibatkan UMKM, sekolah, serta kelompok masyarakat di pesisir untuk bersama-sama mengembangkan rantai produksi – mulai dari pengumpulan buah, pengolahan, hingga pemasaran. Modul pelatihan sederhana juga telah disiapkan agar inovasi ini dapat direplikasi di daerah lain.
Sejalan dengan arah pembangunan Provinsi Kalimantan Utara, Permata Inovasi Kaltara 2025 mengusung tema “Solusi untuk Daerah Berbasis Potensi Lokal Menuju Ekonomi Kalimantan Utara yang Inklusif, Tangguh, dan Berdaya Saing.”
Melalui karya seperti Sirup Buah Perangat, Kaltara menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu harus berangkat dari teknologi tinggi — tetapi dari kepedulian, kreativitas, dan kemampuan masyarakat memanfaatkan potensi alam sekitarnya.
“Permata bukan sekadar produk olahan buah, melainkan simbol inovasi, kemandirian, dan kepedulian lingkungan. Dari buah sederhana lahir harapan besar bagi masyarakat pesisir,” demikian pesan yang menjadi semangat gerakan inovatif ini.
