Nasional

Kontribusi Nyata TNKM, Dorong Kesejahteraan Masyarakat Lokal Lewat Pemberdayaan dan Pelestarian Budaya

Keterangan Foto : Kepala TNKM, Seno Pramudito

MALINAU – Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) terus menunjukkan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi.

Berdasarkan laporan Triwulan III Tahun 2025, nilai transaksi ekonomi (NTE) kelompok desa binaan di sekitar kawasan TNKM mencapai sekitar Rp520 juta dari total 45 desa binaan.

Kepala Balai TNKM, Seno Pramudito, mengatakan capaian tersebut merupakan hasil nyata dari sinergi antara program konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal.

“Kami berupaya agar keberadaan TNKM tidak hanya melestarikan alam, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat,” ujarnya di Malinau, Selasa (5/11).

Selain sektor ekonomi, TNKM juga berkontribusi pada peningkatan akses pendidikan bagi masyarakat adat di wilayah sekitar.

Dikatakan Seno, sejak tahun 2018, Balai TNKM telah memberikan rekomendasi khusus bagi calon siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke SMKN Kehutanan Samarinda dengan pembiayaan penuh dari Kementerian Kehutanan.

“Hingga tahun 2025, tercatat 92 siswa telah mengikuti program tersebut, dengan sebagian besar telah menyelesaikan pendidikannya,” ungkapnya.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Seno, menjelaskan, TNKM menjalankan berbagai program pemberdayaan dan ekowisata melalui pelatihan rutin, pendampingan kelompok, serta bantuan langsung.

Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat mencakup pelatihan menganyam, budidaya ikan air tawar, pengemasan madu, serta pelatihan pemandu wisata.

Lanjutnya, TNKM juga memfasilitasi studi banding ke luar daerah, seperti pengelolaan kopi dan pelatihan pemandu arung jeram.

“Pemberdayaan ini diarahkan agar masyarakat dapat mengembangkan usaha produktif berbasis sumber daya alam yang lestari,” jelas Seno.

Tidak hanya itu, sejak 2015, Seno, mengungkapkan, TNKM juga aktif memberikan pelatihan ramah lingkungan seperti pembuatan furnitur dari bambu dan rotan untuk mengurangi penggunaan bahan plastik.

“Produk kerajinan seperti meja, kursi, anjat, dan tas kini menjadi salah satu sumber penghasilan alternatif bagi warga di sekitar kawasan,” ungkapnya.

Dalam aspek sosial dan budaya, TNKM berperan penting dalam melestarikan kearifan lokal masyarakat adat melalui pendekatan pengelolaan kolaboratif.

Balai TNKM turut mendorong pengakuan terhadap wilayah kelola adat serta melibatkan lembaga adat dalam pengambilan keputusan pengelolaan kawasan.

TNKM juga aktif mempromosikan budaya lokal melalui Festival Taman Nasional dan Taman Wisata Alam (FTNTWA), dengan memfasilitasi perajin dan budayawan untuk menampilkan karya serta memasarkan produk kerajinan tradisional.

Seno menegaskan, manfaat pengelolaan TNKM kini dirasakan langsung oleh masyarakat, baik secara sosial maupun ekonomi.

“Mulai dari hasil hutan bukan kayu, kesempatan kerja, hingga akses pendidikan dan pelestarian budaya semua menjadi bagian dari upaya kami agar konservasi dan kesejahteraan berjalan seimbang,” tegasnya. (*/Red/Dia/Im)