TARAKAN – Mengantisipasi meluasnya penyebaran paham radikalisme, intoleran dan terorisme di Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), sejumlah warga di Tarakan menggelar dialog wawasan kebangsaan, Jumat (15/03/2024).
Dialog wawasan kebangsan yang digagas Sunardi itu turut dihadiri langsung jajaran Dit Intelkam Polda Kaltara dan Satgaswil Densus 88 Kaltar, dengan menghadirkan pembicara mantan napiter teroris jaringan Jamaah Islamiah (JI), Yusran Bin Abdul Halim.
Dengan mengusung tema ‘menuju hijrah dan meraih berkah untuk NKRI yang damai’, dialog wawasan kebangsaan tersebut diinisiasi oleh Sunardi dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Kaltara, khususnya Tarakan akan paham radikalisme.
“Selaku inisiasi, kami juga berharap Yusran dapat terlepas dari kejadian kelam di masa lalunya, diterima dengan baik kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Tarakan, serta tidak dikucilkan dalam pergaulannya,” harap Sunardi.
“Tidak hanya itu, kami juga berharap pemerintah dapat membantu memulihkan nama baik Yusran, termaksud mengembalikan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia,” tambahnya.
Sunardi mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan deradikalisasi untuk mereduksi paham-paham radikalisme, intoleransi, dan terorisme agar tidak menyebar luas di lingkungan masyarakat khususnya di wilayah perbatasan.
“Jadi, kegiatan ini untuk mengedukasi warga agar lebih paham dan terhindar dari paham radikalisme, intoleransi dan terorisme,” kata Sunardi.
Sementara itu, Yusran menceritakan, dirinya terjerumus dalam ajaran sesat ini lantaran adanya perbedaan ideologi yang didapat dari berbagi media mau pun media sosial, serta mendapatkan doktrin yang sangat luar biasa dengan mengajarkan syariat Islam yang sangat kafrah.
“Saya bisa terjerat dalam paham radikalisme itu akibat terbentuknya negara Islam yang ada di Suriah, dari situ saya mengikuti ajaran Islam yang ekstrim hingga akhirnya saya melihat Indonesia menjadi negara yang kafir,” cerita Yusran.
Yusran menyebutkan, para pelaku penyerbaran paham radikalisme biasanya menyasar kalangan masyarakat seperti kalangan pengajian, ibu-ibu dan anak kecil, serta para pemuda yang sedang mencari jati diri dengan cara memberikab pemahaman yang dikaitkan dengan ayat suci Al-Quran.
“Akibat terjerumus dalam pemahaman radikalisme itu, saya terpaksa berurusan dengan aparat keamanan hingga akhirnya dibawa ke Rutan Brimob di Cikeas, namun syukur Alhamdulillah saya dapat kembali setelah dibimbing oleh para ulama,” pungkasnya.
Selain untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Kaltara, dalam kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada Yusran untuk kembali hormat kepada bendera Merah Putih, sebagi bentuk kecintaan kepada NKRI dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. (*/Dia)